Sistitis interstisial adalah kondisi kronis berupa peradangan pada dinding kandung kemih yang bukan disebabkan oleh infeksi bakteri seperti pada infeksi saluran kemih biasa, dan dapat berhubungan dengan sindrom nyeri kandung kemih. Meskipun gejalanya sering kali mirip, seperti nyeri saat buang air kecil dan meningkatnya frekuensi berkemih, penyebab dan cara penanganannya berbeda, terutama antara cystitis dan interstitial cystitis. Infeksi saluran kemih dapat diatasi dengan antibiotik, sementara sistitis interstisial memerlukan pendekatan jangka panjang karena sifatnya non-infeksi dan belum diketahui penyebab pastinya, sehingga penting untuk melakukan tes yang tepat.
Kondisi ini dapat berdampak besar pada kualitas hidup, terutama pada pasien yang mengalami interstitial cystitis. Penderita biasanya mengalami nyeri kandung kemih yang menetap, sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil, serta merasa tidak nyaman sepanjang hari. Aktivitas sehari-hari pun bisa terganggu, bahkan memengaruhi kesehatan mental.
Apa Itu Sistitis Interstisial
Sistitis interstisial adalah kondisi kronis berupa peradangan pada dinding kandung kemih yang tidak disebabkan oleh infeksi bakteri. Berbeda dengan infeksi saluran kemih yang umum terjadi dan dapat diobati dengan antibiotik, sistitis interstisial bersifat non-infeksi sehingga membutuhkan pendekatan pengobatan yang berbeda dan jangka panjang. Gejala yang sering dialami penderita meliputi nyeri pada kandung kemih, tekanan di area panggul, dan frekuensi buang air kecil yang tinggi meski volume urine sedikit. Dalam banyak kasus, hasil pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan adanya bakteri atau infeksi aktif, sehingga diagnosisnya memerlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis urologi, termasuk kemungkinan melakukan sistoskopi.
Gejala Cystitis Interstisial
Sistitis interstisial menimbulkan sejumlah gejala khas yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu keluhan utama adalah nyeri kandung kemih, terutama saat kandung kemih penuh, yang biasanya mereda setelah buang air kecil, namun dapat membaik dengan pengobatan yang tepat. Penderita juga sering mengalami keinginan buang air kecil yang sangat sering, bahkan bisa mencapai lebih dari sepuluh kali dalam sehari, meski jumlah urine yang dikeluarkan sedikit. Selain itu, muncul rasa tidak nyaman pada saluran kemih bawah, seperti sensasi terbakar, tekanan, atau nyeri tumpul yang terus-menerus, yang dapat menjadi gejala cystitis yang perlu diwaspadai.
Pada wanita, nyeri saat berhubungan intim juga merupakan salah satu gejala yang cukup umum dan dapat memengaruhi kualitas hubungan seksual serta kesejahteraan emosional, terutama jika disertai dengan sindrom nyeri kandung kemih. Gejala-gejala ini sering disalahartikan sebagai infeksi saluran kemih biasa, padahal bersumber dari gangguan saluran kemih yang bersifat non-infeksi dan kronis.
Faktor Risiko Penyebab Cystitis Interstisial
Berikut beberapa faktor risiko penyebab cystitis interstisial yang perlu diwaspadai:
1. Jenis Kelamin dan Usia
Wanita memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan pria, terutama pada rentang usia 30 hingga 50 tahun, yang dapat berhubungan dengan infeksi kandung kemih yang lebih sering. Perubahan hormonal dan anatomi saluran kemih diduga berperan dalam hal ini.
2. Riwayat Penyakit Autoimun
Kondisi seperti lupus, sindrom iritasi usus besar (IBS), atau fibromyalgia sering dikaitkan dengan sistitis interstisial karena melibatkan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap jaringan sendiri yang dapat mengiritasi kandung kemih.
3. Stres Berkepanjangan
Stres kronis dapat memicu ketegangan otot panggul dan memperkuat respons nyeri di area kandung kemih, sehingga memperparah gejala sistitis interstisial dan memerlukan perawatan khusus.
4. Alergi atau sensitivitas makanan
Beberapa penderita mengalami gejala memburuk setelah mengonsumsi makanan tertentu seperti kafein, pedas, asam, atau makanan olahan, yang dapat memicu iritasi pada kandung kemih dan memperparah kondisi kencing.
5. Riwayat Infeksi Saluran Kemih Berulang
Infeksi yang terjadi berulang kali dapat menyebabkan perubahan permanen pada jaringan kandung kemih, memicu peradangan kronis yang menyerupai sistitis interstisial dan memengaruhi fungsi kencing, serta meningkatkan risiko gejala cystitis.
6. Genetik atau Faktor Keluarga
Memiliki anggota keluarga dengan riwayat gangguan kandung kemih atau penyakit autoimun dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kondisi serupa di kemudian hari, termasuk masalah pada ginjal dan peradangan pada kandung kemih.
Pentingnya Deteksi Dini dan Penanganan yang Tepat
Deteksi dini sistitis interstisial sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius, seperti kerusakan jaringan kandung kemih atau gangguan fungsi saluran kemih yang menetap. Penanganan yang tepat sejak awal dapat membantu menurunkan intensitas nyeri, mengurangi frekuensi buang air kecil yang mengganggu, serta memperbaiki kualitas hidup pasien secara keseluruhan melalui perawatan yang sesuai. Dengan diagnosis yang akurat dan terapi yang sesuai, gejala dapat dikendalikan lebih efektif sehingga penderita bisa menjalani aktivitas harian dengan lebih nyaman dan produktif, termasuk perawatan untuk meredakan nyeri.
Kesimpulan
Sistitis interstisial merupakan kondisi peradangan kandung kemih kronis yang berbeda dari infeksi saluran kemih biasa karena tidak disebabkan oleh bakteri, meskipun gejala cystitis dapat mirip. Gejalanya sering kali mirip, sehingga mudah tertukar dan bisa menyebabkan keterlambatan diagnosis cystitis. Oleh karena itu, penting untuk mengenali faktor risiko dan gejala sejak awal agar penanganan medis, seperti sistoskopi dan penggunaan kateter, dapat dilakukan dengan tepat. Jika Anda mengalami nyeri kandung kemih, sering buang air kecil, atau gangguan saluran kemih lainnya yang tak kunjung membaik, segera konsultasikan diri ke klinik urologi. Dapatkan penanganan tepat dari dokter urologi berpengalaman di Urology Expert dengan pemeriksaan yang menyeluruh dan profesional.
Baca juga: Mengenal Cystitis: Apa Itu Sistitis Interstisial dan Bagaimana Mempengaruhi Wanita?
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Referensi
- Sinata, N., Pratiwi, I. D., & Rusnedy, R. (2023). Potensi interaksi obat pada pasien infeksi saluran kemih sistitis tahun 2021 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Manajemen Pelayanan dan Informasi, 9(2). https://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/download/430/171/2791
- AS, N. A., & Lisminingsih, R. J. (2021). Karakteristik sistitis pada pasien dewasa. Prepotif: Jurnal Ilmiah Kesehatan, 8(3). https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/view/34892
- Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). (2019). Panduan tatalaksana sindrom nyeri kandung kemih (sistitis interstisial). https://iaui.or.id/uploads/guidelines/2019_Panduan_Tatalaksana_Sindrom_Nyeri_Kandung_Kemih.pdf


