Pernah mengalami kebocoran saat buang air tanpa bisa menahannya? Kondisi ini disebut inkontinensia urine dan sering terjadi terutama pada lansia dan wanita. Meski umum, banyak yang merasa malu membicarakannya sehingga penyebab inkontinensia urine ini sering diabaikan.
Padahal inkontinensia urine bisa berdampak besar pada kualitas hidup. Gangguan ini dapat memengaruhi aktivitas harian, menyebabkan stres emosional, dan menurunkan rasa percaya diri. Mengenali tanda-tanda awal dan memahami penyebabnya menjadi langkah penting agar kondisi ini tidak semakin memburuk. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk kembali hidup nyaman dan bebas dari rasa khawatir terkait gejala inkontinensia urine.
Apa Itu Inkontinensia Urine?
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu mengontrol keluarnya urin, sehingga terjadi kebocoran saat buang air secara tidak sadar. Dalam istilah medis, ini bukanlah satu penyakit tunggal, melainkan gejala dari berbagai gangguan yang memengaruhi fungsi otot kandung kemih, saraf, atau struktur penyangga saluran kemih.
Secara sederhana, inkontinensia terjadi ketika otot kandung kemih terlalu lemah, terlalu aktif, atau tidak bekerja selaras dengan sfingter (otot pengendali aliran urin). Akibatnya, keluarnya urine terjadi tanpa kontrol yang disadari. Kondisi ini bisa ringan berupa tetesan kecil, atau cukup berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, dan dapat menjadi gejala inkontinensia urine.
Terdapat beberapa jenis utama inkontinensia urine, yaitu: 5 jenis inkontinensia urine yang berbeda dapat mempengaruhi cara penanganannya.
1. Stress incontinence, saat tekanan pada kandung kemih meningkat, misalnya saat batuk, bersin, tertawa, atau mengangkat beban. Umumnya terjadi karena melemahnya otot dasar panggul.
2. Urge incontinence, ditandai dengan dorongan tiba-tiba dan kuat untuk buang air, diikuti keluarnya urin sebelum sampai ke toilet. Sering dialami oleh lansia dan penderita gangguan saraf, yang menjadi faktor risiko inkontinensia urine.
3. Overflow incontinence, terjadi ketika kandung kemih tidak bisa kosong sepenuhnya, sehingga urin keluar menetes secara terus-menerus. Sering dialami oleh pria dengan pembesaran prostat.
4. Functional incontinence, bukan karena gangguan pada kandung kemih, melainkan karena keterbatasan fisik atau mental yang menghambat seseorang mencapai toilet tepat waktu.
5. Mixed incontinence, kombinasi dari dua atau lebih jenis inkontinensia, biasanya stress dan urge incontinence sekaligus.
Penyebab Umum Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine bisa terjadi akibat berbagai faktor yang memengaruhi cara kerja kandung kemih dan otot-otot di sekitarnya. Pada banyak kasus, kondisi ini berkembang seiring bertambahnya usia atau sebagai respons tubuh terhadap perubahan hormonal, penyakit kronis, maupun gaya hidup tertentu. Berikut tiga penyebab utama gejala inkontinensia yang paling sering ditemukan, terutama pada wanita dan lansia.
1. Melemahnya Otot Kandung Kemih Akibat Penuaan
Seiring bertambahnya usia, kekuatan otot kandung kemih dan jaringan penopang di sekitarnya akan mengalami penurunan secara alami. Otot menjadi lebih kaku dan tidak seelastis saat masih muda, sehingga kontrol terhadap aliran urin melemah. Inilah sebabnya mengapa lansia lebih sering mengalami kebocoran saat buang air, bahkan tanpa merasa ingin buang air sebelumnya, yang dapat menyebabkan inkontinensia urine. Selain itu, refleks saraf juga melambat, membuat tubuh tidak lagi merespons sinyal penuh pada kandung kemih secara cepat. Akibatnya, urin bisa keluar tanpa bisa dikendalikan, yang merupakan gejala inkontinensia.
2. Perubahan hormon pada wanita
Wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami inkontinensia, terutama setelah melahirkan atau saat memasuki masa menopause. Saat kehamilan dan persalinan, otot dasar panggul yang berperan penting dalam menahan urin bisa melemah atau meregang. Jika tidak diperkuat kembali, kondisi ini bisa memicu inkontinensia dalam jangka panjang. Selain itu, saat menopause, kadar estrogen dalam tubuh menurun drastis. Hormon ini sangat penting dalam menjaga kekuatan jaringan kandung kemih dan uretra. Ketika estrogen menurun, jaringan menjadi lebih tipis dan lemah, sehingga kemampuan menahan buang air berkurang secara signifikan.
3. Gangguan Saraf dan Penyakit Kronis
Beberapa penyakit kronis seperti diabetes, stroke, atau Parkinson dapat merusak sistem saraf yang mengatur fungsi kandung kemih, yang merupakan faktor risiko inkontinensia urine. Saraf yang terganggu membuat komunikasi antara otak dan otot kandung kemih menjadi tidak optimal. Hal ini menyebabkan tubuh tidak lagi mampu mengenali sinyal kapan waktunya menahan atau melepaskan urin.
Cara Mengatasi Inkontinensia Urine
Mengelola inkontinensia urine membutuhkan pendekatan yang tepat sesuai penyebab dan tingkat keparahannya. Bagi sebagian orang, perubahan gaya hidup sudah cukup membantu, sementara pada kondisi yang lebih serius dibutuhkan penanganan medis secara menyeluruh untuk mengatasi penyebab inkontinensia urine. Berikut beberapa cara mengatasi inkontinensia urine yang umum dilakukan, baik secara non-medis maupun medis di klinik urologi.
Pendekatan Non-Medis
1. Latihan Otot Dasar Panggul (Senam Kegel)
Senam Kegel sangat efektif untuk memperkuat otot dasar panggul, yang berperan penting dalam menahan keluarnya urin dan mencegah mengompol. Latihan ini dianjurkan terutama bagi wanita setelah melahirkan dan lansia, karena dapat membantu memulihkan fungsi otot kandung kemih secara bertahap. Rutin melakukan latihan ini dapat mengurangi frekuensi kebocoran urine.
2. Pengaturan Pola Minum dan Buang Air
Mengatur waktu minum dan membentuk jadwal buang air secara teratur bisa membantu mengontrol kandung kemih. Misalnya, dengan buang air setiap 2-3 jam sekali, tubuh bisa dilatih kembali untuk mengenali dan menahan keinginan berkemih, yang dapat membantu mengurangi gejala inkontinensia. Menghindari minum berlebihan menjelang tidur juga penting untuk mencegah inkontinensia saat malam hari, yang sering dialami oleh penderita inkontinensia urine.
3. Manajemen Berat Badan
Kelebihan berat badan memberi tekanan ekstra pada kandung kemih dan otot panggul, sehingga risiko inkontinensia meningkat. Menurunkan berat badan secara bertahap melalui pola makan sehat dan olahraga teratur dapat membantu mengurangi tekanan tersebut dan memperbaiki kontrol berkemih, sehingga mengurangi risiko mengompol.
4. Konsumsi Makanan dan Minuman yang Tepat
Beberapa jenis makanan dan minuman dapat memperburuk inkontinensia, seperti kafein, alkohol, makanan pedas, dan pemanis buatan. Sebaliknya, konsumsi air putih dalam jumlah cukup dan makanan berserat tinggi bisa membantu menjaga fungsi kandung kemih dan menghindari sembelit, yang juga bisa memicu kebocoran urin.
Solusi Medis di Klinik Urologi
1. Terapi Obat
Dalam banyak kasus, pengobatan inkontinensia urine mencakup pemberian obat yang membantu mengendurkan otot kandung kemih yang terlalu aktif atau memperkuat otot penahan urin, serta penanganan infeksi saluran kemih jika diperlukan. Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tipe inkontinensia yang dialami pasien.
2. Terapi Listrik dan Biofeedback
Terapi stimulasi listrik dilakukan untuk merangsang otot-otot dasar panggul agar bekerja lebih optimal dan membantu mengatasi penyebab inkontinensia urine. Sedangkan biofeedback membantu pasien memahami dan melatih kontraksi otot panggul dengan bantuan alat pemantau, sehingga latihan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan terukur.
3. Operasi bila perlu (minimal invasif)
Jika pendekatan konservatif tidak cukup efektif, prosedur operasi dapat menjadi pilihan. Salah satu metode yang umum dilakukan adalah pemasangan sling (jaringan penyangga) di bawah uretra untuk menopang saluran kemih. Prosedur ini kini banyak dilakukan secara minimal invasif, dengan risiko dan masa pemulihan yang lebih ringan.
Baca juga: Perlukah Operasi Untuk Mengatasi Gangguan Urologi Wanita?
Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah kondisi umum yang dapat dialami siapa saja, terutama wanita dan lansia. Meski sering dianggap sepele, gangguan ini bisa menurunkan kualitas hidup jika tidak ditangani dengan tepat. Mengenali gejalanya sejak dini dan mencari solusi yang sesuai adalah langkah penting untuk mencegah dampak yang lebih serius.
Dengan pendekatan yang tepat, baik melalui perubahan gaya hidup maupun pengobatan medis, inkontinensia urine bisa dikelola dengan efektif. Percayakan penanganan Anda pada tim dokter spesialis Urology Expert yang berpengalaman dan menggunakan teknologi modern setara klinik luar negeri.
📌 Dapatkan promo menarik untuk Paket Pemeriksaan Ginjal Sehat dengan layanan terpercaya dari dokter spesialis urologi kami.
👉klaim voucher sekarang!
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Referensi
Ikatan Ahli Urologi Indonesia. (2022). Inkontinensia Urin. Diakses dari https://iaui.or.id/public-section/article_inkontinensia







